Senin, 09 Januari 2017

5 Jenis Imunisasi Sebelum Studi ke Amerika

Jangan lupa membaca artikel tentang bisnis di > Informasi bisnis terbaik 2020.

doktersehat-studi-vaksinasi

DokterSehat.Com – Dewasa ini, menimba ilmu di luar negeri merupakan salah satu kebanggan tersendiri. Selain mendapat pengalaman hidup di negara asing, pelajar juga berkesempatan memperluas koneksi. Beberapa Negara di barat menjadi tujuan favorit pelajar Indonesia untuk studi di luar negeri, termauk Amerika. Tidak sedikit kampus ternama ada di Amerika, mulai dari Massachusetts Institute of Technology, Cambridge University, hingga University of Chicago.

Untuk bisa menimba ilmu di Amerika, tentu beragam persiapan harus dilakukan pelajar. Selain masalah kecakapan berbahasa Inggris, pemerintah Amerika juga menuntut para kandidat untuk sehat sebelum menapakkan kaki di negeri paman Sam. Para pelajar Indonesia yang diterima untuk studi ke luar negeri harus mengikuti sejumlah imunisasi. Berikut 5 jenis imunisasi yang sering diminta bagi Anda yang ingin studi di Amerika:

  1. MMR

MMR merupakan kepanjangan dari Measles, Mumps, dan Rubella. Imunisasi ini berguna untuk mencegah tiga penyakit, yakni campak, gondongan, dan campak jerman. Meskipun sama-sama berasal dari virus dan menular, ketiga penyakit ini mempunyai dampak berbeda-beda. Campak atau mumps merupakan penyakit yang menyebabkan seseorang terkena demam, batuk, hingga bintik-bintik merah pada tubuh. Penyakit ini hidup di hidung dan tenggorokan seseorang yang terinfeksi. Virus ini menyebar saat penderita batuk dan bersin. Campak berbahaya karena mereka bisa hidup selama 2 jam di lingkungan lewat udara dan bisa juga menular lewat sentuhan badan seperti saat anda menyentuh mata, hidung, atau mulut. Orang yang menderita campak akan mengalami gejala awal seperti demam, batuk, pilek, atau mata berbayang. Dua hingga tiga hari kemudian di tubuh penderita akan muncul bintik putih di dalam mulut. Kemudian, bintik-bintik merah pada tubuh akan muncul diikuti dengan panas tubuh mencapai 104 derajat Fahrenheit atau setara dengan 40 derajat celcius. Apabila tidak ditangani dengan cepat penyakit ini bisa menyebabkan komplikasi sehingga anda, terutama anak-anak, terserang penyakit yang lebih serius seperti diare, tuli, pneumonia (penyakit paru-paru), encephalitis (pembengkakan otak), hingga kematian.

Sedangkan rubella atau Campak Jerman adalah penyakit lain yang gejalanya mirip campak, yakni menyebabkan seseorang menderita batuk, demam, serta bintik-bintik di tubuh. Penyebarannya juga menyebar layaknya cacar, yakni saat seorang penderita batuk-batuk atau bersin. Perbedaan signifikan yang membedakan antara rubella dan penyakit lain terlihat pada ibu hamil. Penyakit ini dapat langsung menyerang kandungan sehingga menyebabkan bayi dalam rahim mengalami penyakit campak jerman sejak dini (congenital rubella syndrome). Anak yang menderita congenital rubella syndrome dapat mengalami gangguan pendengaran permanen (tuli), katarak, gangguan pigmen di lingkaran retina, meningoencephalitis, serta menderita penyakit kuning.

Gejala penderita campak jerman bisa beragam. Penderita campak akan mempunyai bintik merah pada bagian tubuh. Bintik-bintik ini kemudian menyebar ke muka hingga seluruh tubuh dalam jangka waktu sekitar 3 hari. Pada hari kelima, ada sejumlah penyakit lain yang akan muncul selain bintik merah seperti demam, sakit kepala, mata berwarna merah, pembengkakan kelenjar getah bening, batuk, dan pilek. Penderita campak anak pun berbeda dengan dewasa. Penderita campak pada anak umumnya tidak mudah terlihat dibandingkan dewasa. Selain itu ada kemungkinan gejala-gejala di atas tidak muncul saat seseorang menderita penyakit ini.

Gondongan adalah penyakit yang menyebabkan anda mengalami pipi kembung dan pembengkakan di sekitar kelenjar parotis yang berlokasi di bawah telinga. Virus ini menyebar melalui liur atau ludah yang berasal dari hidung, mulut, atau tenggorokan saat seseorang batuk-batu, bersin, atau saat berbicara. Selain itu, virus ini juga bisa menyebar apabila Anda bertukar barang pribadi seperti gelas atau alat makan. Orang yang tidak mencuci tangan pun bisa terserang gondongan.

Umumnya, penderita gondongan mengalami beberapa gejala. Mereka akan mengalami pusing-pusing, demam, mudah lelah, kehilangan nafsu makan, hingga mengalami parotitis atau pembengkakan di kelenjar ludah baik sisi kiri maupun sisi kanan pipi. Gejala gondongan akan mulai terlihat dalam kurun waktu 16-18 hari setelah terinfeksi. Namun, lama waktu infeksi bisa mencapai 12-25 hari.

Apabila tidak ditangani secara lanjut, infeksi gondongan bisa menyebabkan anda mengalami peradangan di otak (encephalitis), meningitis, hingga tuli. Bagi laki-laki, penderita dapat mengalami orchitis pada alat kelamin laki-laki saat sudah dewasa, bahkan hingga menyebabkan kemandulan. Pada perempuan dampaknya tidak kalah parah. Selain ada kemungkinan kerusakan pada ovaries (oophoritis), gondong bisa juga menyebabkan kerusakan pada payudara (masitis).

  1. Varisela/chickenpox

Cacar air atau Varicella/varisela merupakan salah satu penyakit yang menyebabkan seseorang mengidap ruam, gatal-gatal, kelelahan, dan demam. Penyakit yang berasal dari virus ini bisa menyebabkan anak menderita congenital varicella syndrome. Penyakit ini muncul apabila sang bunda menderita cacar air saat hamil. Congenital Varicella Syndromesendiri merupakan sebuah situasi yang bisa menyebabkan bayi lahir dalam keadaan menderita cacar. Bayi bisa mengalami permasalahan kulit, berat badan tidak sehat, dan mengalami abnormal limpa, otak, dan mata.

Umumnya, penderita cacar air akan mengalami gejala demam, kelelahan, kehilangan selera makan, dan sakit kepala selama sehari atau dua hari setelah terserang virus varisela. Perlu mendapat perhatian khusus apabila anda merasa demam lebih dari 4 hari dengan suhu 38,9 ° C, mulai sulit bangun, kesulitan berjalan, leher kaku, sering muntah, sulit bernafas, batuk yang parah, sakit perut parah, hingga ruam dengan perdarahan. Apabila muncul ruam dan mulai menyebar ke seluruh tubuh, segera lakukan pemeriksaan, apalagi jika ruam mulai bernanah. Apabila terlambat ditangani tidak hanya bisa mengalami pneumonia dan pendarahan, namun yang paling parah bisa terjadi kerusakan otak.

  1. DPT

Imunisasi DPT diberikan dalam rangka mencegah penyakit Difteri, Tetanus, dan Pertusis. Di beberapa negara bagian di Amerika, penyakit ini dainggap berbahaya lantaran menular dan menyebabkan kematian. Mengapa difteri, tetanus, dan pertusis menjadi sorotan di Amerika?

Difteri adalah penyakit yang berasal dari bakteri Corynebacterium diphtheria. Bakteri yang menimbulkan selaput tebal di bagian belakang tenggorokan. Difteri dapat merusak kinerja organ tubuh seperti jantung, ginjal, dan saraf. Seseorang yang terserang difteri akan mudah lelah, sakit tenggorokan, demam, dan pembengkakan kelenjar di leher. Apabila tidak ditangani lebih serius, difteri bisa menyebabkan anak terkena pneuomia, kesulitan bernapas, gagal jantung, kelumpuhan, dan bahkan kematian.

Difteri juga tergolong sebagai penyakit yang sangat menular. Umumnya, penularan penyakit ini berlangsung dari orang ke orang melalui batuk atau bersin. Bahkan, seseorang bisa terserang difteri apabila menyentuh luka terbuka (lesi kulit) atau pakaian yang menyentuh luka terbuka dari seseorang yang sakit difteri. Tidak hanya bersin dan luka, seseorang juga bisa terserang difteri saat menyentuh  objek yang mengandung bakteri difteri.

Lain lagi dengan Tetanus. Tetanus merupakan penyakit yang berasal dari bakteri Clostridium tetani. Bakteri ini mengeluarkan sejumlah racun yang membuat seseorang mengalami kejang otot di bagian tubuh, terutama di bagian rahang dan leher. Tetanus juga tergolong sebagai penyakit yang penularannya mudah karena virus ini ada di tanah. Umumnya, penyakit tetanus baru menular pada manusia melalui medium luka, terutama luka yang terkontaminasi kotoran, liur, bekas tusukan, atau luka bakar, cedera tabrakan, hingga cedera yang berakhir dengan kematian syaraf tertentu. Selain itu, tetanus bisa juga menyerang lewat luka hasil bedah, infeksi gigi, dan patah tulang.

Tetanus berkembang secara variatif. Biasanya tetanus mulai berkembang selama 3-21 hari (rata-rata 10 hari). Kebanyakan kasus terjadi dalam waktu 14 hari. Apabila tidak ditangani dengan baik, tetanus bisa menyebabkan sakit kepala, rahang keram, kejang otot, pegal-pegal, sulit menelan, demam, hingga tekanan tinggi dalam darah. Yang lebih parah, tetanus bisa menyebabkan patah tulang, kehilangan suara, penyumbatan paru-paru, sampai infeksi paru-paru (pneumonia) dan kematian akibat tidak bisa bernafas.

Sedangkan pertusis adalah penyakit yang membuat seseorang batuk secara terus menerus hingga jangka waktu tertentu. Pertusis juga dikenal dengan istilah batuk rejan. Penyakit ini disebabkan bakteri yang disebut Bordetella Pertussis. Bakteri ini menempel pada silia, yakni rambut halus pada tenggorokan. Silia berfungsi untuk menggerakkan dahak ke atas sehingga dahak dapat keluar. Saat masuk ke dalam tubuh, pertussis mengeluarkan toksin (racun), yang merusak silia dan menyebabkan saluran udara membengkak dan akhirnya orang batuk rejan.Orang dengan pertusis biasanya menyebarkan penyakit ke orang lain melalui batuk atau bersin. Selain bersin, pertusis bisa menular saat Anda berdekatan atau berada dalam satu ruangan dengan orang yang terserang pertussis. Tidak sedikit anak terserang pertussis terinfeksi karena kakak, orang tua, atau pengasuh yang mungkin tidak tahu bahwa mereka memiliki penyakit tersebut. Umumnya, orang yang terinfeksi pertusis akan mudah menularkan penyakitnya dalam waktu 2 minggu.

Penyakit pertusis sangat berbahaya bagi mereka yang tidak mendapat imunisasi. Penyakit ini akan terus menyerang anak apabila tidak divaksin. Pertusis dapat dicegah dengan imunisasi.

  1. Hepatitis A dan Hepatitis B

Hepatitis merupakan penyakit yang juga tengah dicegah di Amerika. Penyakit yang menyebabkan peradangan hati ini merupakan salah satu penyakit menular lewat beragam medium, baik makanan hingga hubungan seksual. Di Amerika angka penderita hepatitis B cukup tinggi. Selain itu, pemerintah Amerika juga memperhatikan status hepatitis masyarakat dari Asia, Afrika, serta daerah Pasifik demi mengurangi penderita Hepatitis A dan B. Lalu, mengapa penyakit ini harus dicegah?

Penyakit Hepatitis A merupakan varian hepatitis yang berasal dari Virus Hepatitis A (HAV) yang umumnya menular saat seseorang mengonsumsi makanan yang terkontaminasi HAV. Makanan yang terkontaminasi umumnya adalah makanan yang tidak diolah dengan baik atau tidak bersih. Penderita Hepatitis A biasanya mengalami gejala demam, kelelahan, kehilangan nafsu makan, hingga muntah-muntah.

Hepatitis B sedikit berbeda dengan Hepatitis A. Penyakit yang berasal dari virus hepatitis B ini tidak sekadar menyebabkan gangguan peradangan hati, tetapi bisa menjadi penyebab penyakit lain dan bisa diwariskan kepada calon anak. Hingga saat ini di Indonesia, hepatitis B dan C merupakan penyakit dengan tingkat penyebaran cukup tinggi. Dari hasil Riset Kesehatan Dasar Kementerian Kesehatan, sekitar 10 dari 100 orang Indonesia yang ingin mendonor darah ternyata menderita Hepatitis B atau C. Dengan kata lain, sekitar 28 juta penduduk Indonesia terinfeksi Hepatitis B dan Hepatitis C. Yang lebih miris lagi, sekitar 14 juta orang Indonesia berpotensi mengidap penyakit ini secara kronis (menahun).

Hepatitis B menyebar lewat cairan seperti darah, air mani, atau cairan lain dari penderita ke orang lain. Medium penyebarannya pun beragam, mulai dari alat suntik, hubungan seksual, hingga infeksi sejak lahir. Penderita Hepatitis B akan mengalami sejumlah gejala saat terinfeksi virus tersebut. Umumnya, penderita akan mudah lelah, kehilangan selera makan, mual, muntah, sakit perut, cairan urin dan buang air besar gelap, nyeri sendi, hingga terserang penyakit kuning.

Hepatitis B sangat berbahaya bagi ibu hamil. Bayi dalam kandungan bisa terserang Hepatitis B apabila ibu menderita Hepatitis. Penyakit ini memang tidak akan langsung terlihat saat anak lahir, tetapi 90% bayi yang lahir dengan penyakit Hepatitis B pada ibu berpotensi menderita Hepatitis B kronik nantinya. Hal ini pada akhirnya dapat menyebabkan masalah kesehatan yang serius, termasuk kerusakan hati, kanker hati, dan bahkan kematian.

  1. Meningitis

Meningitis merupakan salah satu penyakit menular akibat sejumlah bakteri yang hinggap di sekitar membran pelindung otak dan sum-sum tulang belakang. Meningitis menjadi sangat berbahaya karena penyakit ini bisa membuat Anda mengalami kerusakan otak, cacat, dan tuli. Bahkan, tidak sedikit masyarakat meninggal akibat meningitis. Bakteri pembawa Meningitis bisa menyebar secara mandiri atau dengan virus lain seperti cacar, flu, hingga herpes. Umumnya, penderita meningitis akan mengalami gejala pusing-pusing, demam, sensitif dengan matahari, muntah-muntah, dan lemas.

Di beberapa Negara bagian, meningitis menjadi salah satu penyakit yang dicegah, terutama di daerah panas. Untuk itu, Anda perlu melakukan imunisasi meningitis agar terhindar dari penyakit meningitis.



Selain sebagai media informasi kesehatan, kami juga berbagi artikel terkait bisnis.

0 Post a Comment/Comments:

Posting Komentar