Meskipun demikian anda tidak perlu khawatir, hal tersebut umum terjadi pada ibu hamil. Inkontinensia dapat terjadi baik sebelum kehamilan dan selama kehamilan. Peneliti menemukan bahwa inkontinensia baik sebelum dan selama kehamilan tampaknya dikaitkan dengan paritas, usia dan indeks massa tubuh. Dengan kata lain, jika Anda seorang ibu tua dan sebelumnya telah melahirkan anda kemungkinan memiliki resiko yang lebih tinggi. Secara umum, telah ditemukan adanya frekuensi inkontinensia dapat meningkat dari 26 persen sebelum kehamilan menjadi 58 persen selama minggu ke 30 kehamilan. Bagi wanita yang belum pernah melahirkan, persentase sebanding adalah 15 dan 48 persen sedangkan bagi ibu hamil yang sebelumnya melahirkan akan memiliki presentasi merupakan 35 dan 67 persen.
Pada inkontinensia stres, otot-otot yang mendukung kandung kemih dan uretra telah melemah. Kelemahan ini mungkin disebabkan oleh persalinan, cedera ke daerah uretra, beberapa obat atau operasi di daerah panggul. Otot-otot katup (kandung kemih sphincter) tidak bisa mengontrol urin. Ketika seorang wanita hamil, membesarnya rahim dapat menempatkan tekanan ekstra pada kandung kemih. Selanjutnya, persalinan dapat mempengaruhi kemampuan kandung kemih untuk mengontrol urin seperti kandung kemih dan uretra telah pindah saat melahirkan bayi, saraf yang mengendalikan kandung kemih telah rusak. Ada beberapa teknik yang dapat digunakan untuk mengelola inkontinensia urin.
Terapkan metode perilaku. Ini dapat termasuk pelatihan kandung kemih atau kencing sesuai dengan jadwal tertentu. Anda mungkin ingin mencoba salah satu pendekatan berikut:
1. Gunakan grafik atau jurnal untuk menuliskan waktu Anda buang air kecil dan ketika tubuh Anda memiliki kesulitan mengontrol buang air kecil. Hal ini dapat mengontrol perilaku kebocoran dan mengendalikan inkontinensia urin secara bertahap.
2. Keterlambatan sedikit lebih lama sebelum Anda pergi untuk buang air kecil. Misalnya, Anda bisa mulai dengan berencana untuk mengunjungi kamar mandi setelah satu jam. Ikuti pola ini untuk jangka waktu yang terjadwal. Kemudian Anda dapat mengatur jadwal untuk pergi ke toilet setiap ½ jam sekali. Selanjutnya, meningkatkan waktu pergi ke toilet dengan interval dua jam sekali. Kemudian lanjutkan memperpanjang interval dengan tiga atau empat jam antara pergi ke toilet. Terus mempperpanjang interval sampai Anda mencapai sebanyak 3 atau 4 jam pergi ke toilet. Cobalah untuk menunda kunjungan ke kamar mandi selama 15 menit dengan dorongan pertama. Terus melakukan hal ini selama sekitar dua minggu dan kemudian memperpanjang kerangka waktu sampai 30 menit, dan seterusnya. Dengan komitmen untuk rencana pengelolaan yang membantu anda mengontrol kemampuan buang air kecil.
Selain sebagai media informasi kesehatan, kami juga berbagi artikel terkait bisnis.