Sabtu, 07 September 2013

Penderitaan rakyat masa pendudukan Jepang

Selama dijajah Jepang rakyat Indonesia sangat
menderita. Penderitaan rakyat Indonesia selama
masa penjajahan Jepang antara lain sebagai
berikut.
Jepang merampas hasil pertanian rakyat,
seperti padi dan jagung untuk persediaan
makanan pasukan Jepang. Akibatnya, rakyat
tidak punya cukup makanan dan kelaparan.
Karena kurang gizi rakyat mudah terserang
penyakit. Berbagai penyakit, seperti tipes,
kolera, beri-beri, dan malaria merajalela di
mana mana. Obat-obatan sulit didapatkan.
Banyak rakyat Indonesia terpaksa memakai
pakaian dari karung goni, karet lempengan,
atau bahkan pakaian dari daun rumbia. Karena
penderitaan itu, ribuan rakyat meninggal.
Pemerintah Jepang sangat ketat melakukan
pengawasan terhadap pemberitaan. Media
masa disegel.
Jepang juga memanfaatkan rakyat Indonesia
untuk diperas tenaganya bagi keperluan
Jepang. Para pekerja paksa pada zaman
Jepang disebut romusha. Jepang mengerahkan
rakyat Indonesia khususnya para pemuda untuk
membangun prasarana perang, seperti: kubu-
kubu, jalan raya, bandar udara, benteng,
jembatan, dan sarana perang lainnya.
Para romusha harus bekerja berat dalam
bahaya serangan Sekutu yang selalu
mengancam. Tenaga mereka diperas secara
berlebihan, sementara makanan tidak
diperhatikan. Mereka tinggal dan tidur dalam
barak-barak yang kotor dan tidak sehat.
Banyak romusha mati karena kelaparan,
kecapaian, terkena serangan Sekutu, atau
karena terserang penyakit. Selain romusha,
banyak barisan dibentuk untuk kepentingan
Jepang, seperti:
Seinendan (barisan pemuda),
Keibodan (Barisan Pembantu Polisi),
Fujinkai (Barisan Wanita),
Suishintai (Barisan Pelopor),
Jibakutai (Barisan Berani Mati),
Gakutotai (Barisan Pelajar),
Peta (Pembela Tanah Air).
Perlawanan menentang penjajahan Jepang
Penderitaan lahir batin yang dialami rakyat
Indonesia selama pendudukan Jepang di
Indonesia menimbulkan rasa benci dan
pemberontakan di berbagai wilayah Indonesia.
Perlawanan rakyat Aceh di Cot Plieng tahun
1942
Perlawanan ini dipimpin oleh Tengku Abdul
Jalil. Perlawanan rakyat Aceh juga terjadi di
Mereudu pada tahun 1944.
Perlawanan di Kaplongan, Jawa Barat
Jepang memaksa petani di Kaplongan untuk
menyerahkan sebagian hasil buminya. Petani
marah. Terjadilah perlawanan terhadap
pasukan Jepang.
Perlawanan di Lohbener, Jawa Barat
Petani di Lohbener menolak memberikan hasil
panen padi kepada Jepang. Terjadilah
peperangan terhadap pasukan Jepang.
Perlawanan di Pontianak, Kalimantan Barat
Penduduk dipaksa untuk membuat pelabuhan
dan lapangan terbang. Para pemimpin sepakat
untuk menyerang Jepang. Perlawanan terjadi
pada tanggal 16 Oktober 1943. Mereka
ditangkap dan dibunuh.
Perlawanan Peta di Gumilir, Cilacap
Perlawanan Peta Gumilir, Cilacap terjadi pada
bulan Juni 1945. Perlawanan ini dipimpin oleh
Kusaeri, komandan regu Peta di Cilacap.
Kusaeri menyerah tetapi tidak dijatuhi
hukuman. Sudirman berhasil menolong dan
membebaskannya.
Perlawanan di Singaparna, Jawa Barat
Perlawanan Singaparna dipimpin oleh Kiai Haji
Zainal Mustafa. Beliau menolak seikeirei
(membungkukkan badan kepada Kai-sar
Jepang Tenno Heika) dan menentang romusha.
Beliau memandang hal itu bertentangan dengan
ajaran Islam.
Perlawanan Peta di Blitar, Jawa Timur
Tentara Peta di Blitar memberontak di bawah
pimpinan Shodanco F.X. Supriyadi. Namun
Jepang dapat mematahkan perlawanan ini.
Supriyadi dan teman-temanya ditangkap oleh
tentara Jepang.
Pada tanggal 15 Maret 1945, perwira-perwira
Peta yang memberontak diadili di Pengadilan
Militer Jepang di Jakarta. Dalam pengadilan
itu, mereka dijatuhi hukuman mati. Perwira-
perwira Peta yang dijatuhi hukuman mati
antara lain Muradi, Dr. Ismangil, Suparyono,
Sunarto, Halim Mangkudijaya, dan Supriyadi.
Namun, Supriyadi menghilang dan tidak
menghadiri persidangan.

0 Post a Comment/Comments:

Posting Komentar