Senin, 13 Mei 2019

Depresi – Penyebab, Gejala, Diagnosis dan Pengobatan

Jangan lupa membaca artikel tentang bisnis di > Informasi bisnis terbaik 2020.

depresi-doktersehat

DokterSehat.Com – Apa itu depresi? depresi adalah gangguan suasana hati yang dapat terlihat dari perasaan sedih yang mendalam dan rasa tidak peduli. Depresi bisa memengaruhi perasaan, perilaku dan membuat Anda memiliki berbagai masalah emosi dan fisik.

Penyebab Depresi

Seseorang dinyatakan mengalami depresi apabila dalam 2 minggu secara terus-menerus merasa putus harapan dan tidak berharga. Ketika seseorang mengalami hal tersebut, maka kualitas hidup penderita bisa mengalami penurunan.

Di sisi lain, penyebab depresi belum benar-benar bisa ditentukan secara paten. Meskipun para pakar setuju bahwa depresi adalah gangguan otak, perdebatan terus berlanjut tentang penyebabnya.

Faktor lain yang dapat berkontribusi pada timbulnya depresi termasuk karakteristik genetik, perubahan kadar hormon, penyakit medis tertentu, stres, kesedihan, atau penyalahgunaan zat.

Selain itu, depresi juga lebih banyak terjadi pada wanita, sebab seorang wanita memiliki sifat perasa lebih tinggi dan lebih sering mengalami perubahan hormon, seperti saat menstruasi atau hamil.

Jenis Depresi

Terdapat berbagai jenis gangguan depresi klinis dengan gejala yang beragam, mulai dari yang ringan sampai dengan yang parah. Beberapa jenis gangguan depresi umum yang bisa dikenali adalah:

1. Depresi katatonik

Sebuah kondisi di mana seseorang menjadi tidak responsif pada interkasi sosial dan mungkin tidak tergerak sama sekali.

2. Depresi psikotik

Seseorang yang mengalami depresi jenis ini cenderung hilang kontak dengan kenyataan dan menjadi seorang psikotik. Bentuk dari depresi ini adalah delusi ide, paranoia dan halusinasi.

3. Gangguan afektif musiman (seasonal affective disorder)

Hal ini biasanya mempengaruhi orang setiap tahun pada waktu yang sama (pola musiman), biasanya selama musim gugur atau musim dingin ketika paparan sinar matahari kurang.

4. Gangguan bipolar (depresi akut)

Seseorang yang mengalami bipolar menunjukkan suana hati yang parah. Penderita bisa menjadi tertekan setelah itu menjadi bahagia di waktu lain. Penderitanya bisa mengalami periode depresi serta periode mania, dengan suasana hati yang normal di antara kedua periode tersebut.

5. Dysthymia (depresi kronis)

Ini adalah jenis yang lebih ringan dari depresi akut/klinis di mana gejala dapat muncul untuk jangka waktu yang lama. Pasien dengan kondisi ini masih bisa berfungsi secara normal, tetapi terlihat terus-menerus tidak bahagia.

6. Depresi sebelum dan pasca-melahirkan.

Kondisi ini juga dikenal sebagai ‘baby blues’ , di mana kondisi terkait dengan stres bisa terjadi pada wanita salama kehamilan dan setelah melahirkan

7. Gangguan cepresi mayor (Major Depressive Disorder).

Pasien dengan MDD merasakan putus asa yang terus menerus sehingga mereka tidak dapat berfungsi normal dan menikmati hidup mereka sehari-hari.

Penting untuk diketahui, menggolongkan beberapa jenis depresi dapat menentukan jenis pengobatan terbaik bagi pasien.

Gejala Depresi

Ketika menderita depresi, beberapa orang akan tidur lebih banyak, sementara gejala lainnya bisa menimbulkan menurunkan nafsu makan dan gejala sulit tidur. Berikut adalah beberapa gejala paling umum yang bisa mengarah pada kehadiran depresi, di antaranya:

1. Perasaan

  • Kesedihan.
  • Keputusasan.
  • Kesalahan.
  • Kemurungan.
  • Ledakan kemarahan.
  • Kehilangan minat pada teman-teman, keluarga dan kegiatan favorit, termasuk seks.

2. Pikiran

  • Kesulitan berkonsentrasi.
  • Keputusan kesulitan membuat.
  • Kesulitan mengingat.
  • Pikiran merugikan diri sendiri.
  • Delusi atau halusinasi juga dapat terjadi dalam kasus-kasus depresi berat.

3. Perilaku

  • Menarik diri dari kehidupan sosial.
  • Penyalahgunaan zat (NAPZA).
  • Kehilangan pekerjaan.
  • Melakukan upaya yang merugikan diri sendiri seperti mencoba bunuh diri atau menyakiti diri sendiri.

4. Masalah fisik

  • Kelelahan atau kekurangan energi.
  • Sakit dan nyeri dijelaskan.
  • Perubahan nafsu makan.
  • Berat badan.
  • Perubahan pola tidur, terlalu sedikit atau terlalu banyak.

5. Masalah seksual

Kurangnya gairah seksual sehingga berujung pada ketidakharmonisan rumah tangga.

Pada akhirnya, jika beberapa gejala depresi yang disebutkan di atas tengah Anda alami, jangan ragu untuk berkonsultasi dengan dokter agar mendapatkan pengobatan depresi yang tepat.

Diagnosis Depresi

Sebelum mendapatkan penanganan dokter, penderita mungkin merasa perlu untuk mengetahui lebih lanjut tentang bagaimana depresi didiagnosis. Para dokter umumnya mengajukan serangkaian pertanyaan yang disebut alat skrining untuk mengidentifikasi depresi dengan pertanyaan “Bagaimana perasaan Anda saat ini? Bagaimana perasaan Anda selama 1 minggu terakhir? Apakah Anda menarik diri dari kehidupan sosial?” dan sebagainya.

Langkah awal yang dilakukan dokter adalah melihat gejala dan riwayat kesehatan. Selain itu, dokter juga bisa melakukan tes psikologi dan tes darah, guna menyingkirkan kondisi lain yang bisa menyebabkan gejala yang Anda alami, mengonfirmasi diagnosis dan memeriksa komplikasi yang berhubungan.

Pengobatan Depresi

Beberapa strategi untuk pengobatan depresi tergantung pada karakteristik dan gejala masing-masing individu. Beberapa langkah untuk mengatasi penyakit depresi di antaranya:

1. Obat-obatan

Dokter mungkin menyarankan sejumlah obat antidepresan atau obat mood-stabilizer. Beberapa obat yang sering digunakan yaitu fluoxetine, sertraline, paroxetine, citalopram dan escitalopram. Obat-obat tersebut termasuk obat golongan selective serotonin reuptake inhibitors (SSRIs).

Selain itu juga ada obat bupropion, venlafaxine dan duloxetine. Beberapa obat ini menimbulkan efek samping seperti mual, gangguan seksual, dan meningkatnya berat badan.

2. Psikoterapi

Psikoterapi adalah sebuah metode yang mengajarkan penderita depresi untuk berperilaku dan berpikir dalam cara yang baru. Terapi ini bisa membantu penderita untuk melewati kondisi yang menyebabkannya depresi.

3. Terapi elektrokonvulsif

Penderita depresi berat yang tidak merespon setelah diberikan obat-obatan dan psikoterapi, sering kali dilakukan terapi elektrokonvulsif (ECT) yang dilakukan di bawah pengaruh obat bius.

ECT adalah sebuah terapai yang berisiko. ECT bisa menyebabkan efek samping seperti kehilangan memori dan kebingungan. Efek samping yang terjadi hanya sementara, namun terkadang efek tersebut juga bisa menempel terus.



Selain sebagai media informasi kesehatan, kami juga berbagi artikel terkait bisnis.

0 Post a Comment/Comments:

Posting Komentar