DokterSehat.Com – Cedera akibat kesetrum listrik adalah sesuatu yang sangat membahayakan. Dampaknya bisa membakar jaringan atau menyebabkan terganggunya fungsi suatu organ tubuh.
Tubuh manusia adalah penghantar listrik yang baik. Kontak langsung dengan arus listrik bisa berakibat fatal. Arus listrik yang mengalir ke dalam tubuh manusia akan menghasilkan panas yang dapat membakar dan menghancurkan jaringan tubuh.
Meskipun luka bakar listrik tampak ringan, tetapi mungkin saja telah terjadi kerusakan organ dalam yang serius, terutama pada jantung, otot atau otak. Perlu diketahui, arus listrik bisa menyebabkan terjadinya cedera melalui 3 cara, di antaranya:
- Henti jantung (cardiac arrest) akibat efek listrik terhadap jantung.
- Perusakan otot, saraf dan jaringan oleh arus listrik yang melewati tubuh.
- Luka bakar termal akibat kontak dengan sumber listrik.
Sementara itu, cedera kesetrum bisa berupa luka bakar ringan sampai kematian, tergantung pada:
Frekuensi arus listrik
Secara umum, arus searah (DC) tidak terlalu berbahaya jika dibandingkan dengan arus bolak-balik (AC). Efek AC pada tubuh manusia sangat tergantung kepada kecepatan berubahnya arus (frekuensi), yang diukur dalam satuan siklus/detik (hertz). Arus frekuensi rendah (50-60 hertz) lebih berbahaya dari arus frekuensi tinggi dan 3-5 kali lebih berbahaya dari DC pada tegangan (voltase) dan kekuatan (ampere) yang sama.
DC cenderung menyebabkan kontraksi otot yang kuat, yang seringkali mendorong jauh/melempar korbannya dari sumber arus. Sementara AC sebesar 60 hertz menyebabkan otot terpaku pada posisinya, sehingga korban tidak dapat melepaskan genggamannya pada sumber listrik.
Akibatnya korban terkena sengatan listrik lebih lama sehingga terjadi luka bakar yang berat. Biasanya semakin tinggi tegangan dan kekuatannya, maka semakin besar kerusakan yang ditimbulkan oleh kedua jenis arus listrik tersebut.
baca juga: Tubuh Manusia Ternyata Punya Muatan Listrik, Apa Bisa Digunakan?
Kekuatan arus listrik diukur dalam ampere. Satu miliampere (mA) sama dengan 1/1,000 ampere. Pada arus serendah 60-100 mA dengan tegangan rendah (110-220 volt), AC 60 hertz yang mengalir melalui dada dalam waktu sepersekian detik bisa menyebabkan irama jantung yang tidak beraturan, yang bisa berakibat fatal.
Sedangkan efek yang sama ditimbulkan oleh DC sebesar 300-500 mA. Jika arus langsung mengalir ke jantung, misalnya melalui sebuah pacemaker, maka bisa terjadi gangguan irama jantung meskipun arus listriknya jauh lebih rendah (kurang dari 1 mA).
Ketahanan tubuh terhadap arus listrik
Resistensi adalah kemampuan tubuh untuk menghentikan atau memperlambat aliran arus listrik. Kebanyakan resistensi tubuh terpusat pada kulit dan secara langsung tergantung kepada keadaan kulit.
Resistensi kulit yang kering dan sehat rata-rata adalah 40 kali lebih besar dari resistensi kulit yang tipis dan lembap. Resistensi kulit yang tertusuk atau tergores atau resistensi selaput lendir yang lembap (misalnya mulut, rektum atau vagina), hanya separuh dari resistensi kulit utuh yang lembap.
Resistensi dari kulit telapak tangan atau telapak kaki yang tebal adalah 100 kali lebih besar dari kulit yang lebih tipis. Arus listrik banyak yang melewati kulit, karena itu energinya banyak yang dilepaskan di permukaan.
Jika resistensi kulit tinggi, maka permukaan luka bakar yang luas dapat terjadi pada titik masuk dan keluarnya arus, disertai dengan hangusnya jaringan diantara titik masuk dan titik keluarnya arus listrik. Pada akhirnya, semua tergantung kepada resistensinya karena jaringan dalam juga bisa mengalami luka bakar.
Lamanya terkena arus listrik
Semakin lama terkena listrik maka semakin banyak jumlah jaringan yang mengalami kerusakan. Seseorang yang terkena arus listrik bisa mengalami luka bakar yang berat. Tetapi, jika seseorang tersambar petir, jarang mengalami luka bakar yang berat (luar maupun dalam) karena kejadiannya berlangsung sangat cepat sehingga arus listrik cenderung melewati tubuh tanpa menyebabkan kerusakan jaringan dalam yang luas.
Meskipun demikian, sambaran petir bisa menimbulkan konslet pada jantung dan paru-paru dan melumpuhkannya serta bisa menyebabkan kerusakan pada saraf atau otak.
Gejala Kesetrum
Gejalanya tergantung kepada interaksi yang rumit dari semua sifat arus listrik. Suatu kejutan dari sebuah arus listrik bisa mengejutkan korbannya sehingga membuatnya terjatuh atau menyebabkan terjadinya kontraksi otot yang kuat.
Kedua hal tersebut bisa mengakibatkan dislokasi, patah tulang dan cedera tumpul. Kesadaran bisa menurun, pernapasan dan denyut jantung bisa lumpuh. Luka bakar listrik bisa terlihat dengan jelas di kulit dan bisa meluas ke jaringan yang lebih dalam.
Arus listrik bertegangan tinggi bisa membunuh jaringan diantara titik masuk dan titik keluarnya, sehingga terjadi luka bakar pada daerah otot yang luas. Akibatnya, sejumlah besar cairan dan garam (elektrolit) akan hilang dan kadang menyebabkan tekanan darah yang sangat rendah. Serat-serat otot yang rusak akan melepaskan mioglobin, yang bisa melukai ginjal dan menyebabkan terjadinya gagal ginjal.
Dalam keadaan basah, kita dapat mengalami kontak dengan arus listrik. Pada keadaan tersebut, resistensi kulit mungkin sedemikian rendah sehingga tidak terjadi luka bakar tetapi terjadi henti jantung (cardiac arrest) dan jika tidak segera mendapatkan pertolongan, korban akan meninggal.
Diagnosis Kesetrum
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan fisik. Gunamemantau denyut jantung korban bisa dilakukan pemeriksaan elektrokardiogram. Jika diperkirakan jantung telah menerima kejutan listrik, pemantauan EKG dilakukan selama 12-24 jam. Jika korban tidak sadar atau telah mengalami cedera kepala, dilakukan CT scan untuk memeriksa adanya kerusakan pada otak
Penanganan Kesetrum
Pengobatan terdiri dari :
- Menjauhkan atau memisahkan korban dari sumber listrik.
- Memulihkan denyut jantung dan fungsi pernafasan melalui resusitasi jantung paru (jika diperlukan).
- Mengobati luka bakar dan cedera lainnya.
Cara paling aman untuk memisahkan korban dari sumber listrik adalah segera mematikan sumber arus listrik. Sebelum sumber listrik dimatikan, penolong sebaiknya jangan dulu menyentuh korban, apalagi jika sumber listrik memiliki tegangan tinggi.
Jika sumber arus tidak dapat dimatikan, gunakan benda-benda non-konduktor (tidak bersifat menghantarkan listrik; misalnya sapu, kursi, karpet atau keset yang terbuat dari karet) untuk mendorong korban dari sumber listrik. Jangan menggunakan benda-benda yang basah atau terbuat dari logam.
Jika memungkinkan, berdirilah di atas sesuatu yang kering dan bersifat non-konduktor (misalnya keset atau kertas koran yang dilipat). Jangan coba-coba menolong korban yang berada dekat arus listrik bertegangan tinggi. Jika korban mengalami luka bakar, buka semua pakaian yang mudah dilepaskan dan siram bagian yang terbakar dengan air dingin yang mengalir untuk mengurangi nyeri.
Jika korban pingsan, tampak pucat atau menunjukkan tanda-tanda syok, baringkan korban dengan kepala pada posisi yang lebih rendah dari badan dan kedua tungkainya terangkat, selimuti korban dengan selimut atau jaket hangat.
Cedera listrik seringkali disertai dengan terlontarnya atau terjatuhnya korban sehingga terjadi cedera traumatik tambahan, baik berupa luka luar yang tampak nyata maupun luka dalam yang tersembunyi. Jangan memindahkan kepala atau leher korban jika diduga telah terjadi cedera tulang belakang.
Setelah aman dari sumber listrik, segera dilakukan pemeriksaan terhadap fungsi pernapasan dan denyut nadi. Jika terjadi gangguan fungsi pernapasan dan nadinya tidak teraba, segera lakukan resusitasi.
Sebaiknya dicari juga tanda-tanda patah tulang, dislokasi dan cedera tumpul maupun cedera tulang belakang. Jika terjadi kerusakan otot yang luas, mungkin akan diikuti dengan kerusakan ginjal, karena itu untuk mencegah kerusakan ginjal, berikan banyak cairan kepada korban. Korban sambaran petir sering kali bisa disadarkan dengan resusitasi jantung paru.
baca juga: Takikardi Supraventrikular (SVT) – Kelistrikan Normal Jantung
Pencegahan
- Jauhkan kabel listrik dari jangkauan anak-anak.
- Identifikasi sengatan listrik dan bahaya percikan api, serta bahaya lain yang mungkin terjadi.
- Gunakan alat yang tepat untuk setiap pekerjaan.
- Isolasi peralatan dari sumber energi.
- Uji setiap sirkuit dan setiap konduktor setiap sebelum Anda menyentuhnya.
- Gunakan alas sebelum bekerja pada peralatan
- Matikan alat listrik ketika sedang diperbaiki.
- Hindari pemakaian alat listrik pada keadaan basah.
Selain sebagai media informasi kesehatan, kami juga berbagi artikel terkait bisnis.