DokterSehat.Com– Media sosial dihebohkan dengan pernyataan salah satu calon presiden RI yang menyebutkan bahwa ia mendapatkan laporan tentang penggunaan selang cuci darah di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo. Sang capres menyebut satu selang cuci darah bisa dipakai oleh 40 orang. Selain menjadi hal yang kontroversial bagi para warganet, pihak RSCM juga telah membantah pernyataan ini.
Bantahan pihak RSCM
Direktur Medik dan Keperawatan RSCM dr. Sumaryono langsung membantah pernyataan capres ini. Dalam pernyataannya, disebutkan bahwa pelayanan pasien di salah satu rumah sakit terbaik di Indonesia ini selalu mengutamakan kualitas pelayanan dan keselamatan pasien, termasuk pada pasien yang menjalani hemodialysis (cuci darah). Hal ini berarti, selang dan dialiser yang dipakai adalah yang sekali pakai atau single use, bukannya yang sampai dipakai berkali-kali bergantian oleh banyak orang. Penggunaan selang sekali pakai ini bahkan sudah dilakukan sejak 2007 silam.
Dr. Sumaryono menyebut peralatan hemodialysis yang dipakai terdiri dari tiga komponen, yakni mesin hemodialysis, selang hemodialysis, serta dialiser atau ginjal buatan. Sementara itu, mesin dialysis yang dipakai tidak akan melakukan kontak langsung pada darah pasien sehingga bisa dipakai bergantian.
Mengapa peralatan-peralatan seperti selang dan dialiser harus yang sekali pakai? Hal ini disebabkan oleh peralatan ini yang mengalami kontak langsung dengan darah pasien sehingga tentu harus dipastikan steril. Sementara itu, dialiser atau ginjal buatan yang dipakai berfungsi sebagai pembersih darah dari berbagai racun atau limbah sisa proses metabolisme.
Mengenal proses cuci darah
Hemodialisis atau cuci darah dilakukan pada penderita penyakit ginjal. Proses cuci darah ini akan menggantikan fungsi ginjal yang sudah tidak bisa berjalan dengan semestinya.
Sebagai informasi, proses cuci darah dilakukan dengan cara mengeluarkan darah dengan menggunakan selang. Darah ini kemudian dialirkan ke tabung dialiser atau tabung pencuci darah untuk dibersihkan dari berbagai racun, limbah, hingga sisa metabolisme tubuh. Selang pencuci darah yang digunakan haruslah yang sekali pakai saja karena adanya kontak langsung dengan darah pasien. Sementara itu, tabung dialiser ada yang sekali pakai dan yang bisa berkali-kali dipakai. Hanya saja, tabung ini juga hanya bisa digunakan oleh satu pasien, itupun harus dengan syarat medis yang cukup ketat.
Darah di dalam tabung dialiser dicuci dengan cairan pencuci bernama dialisat. Sebagai informasi, tabung ini terdiri dari dua bagian yang dibatasi oleh membran tipis. Dua bagian ini dibagi untuk darah pasien dan satunya untuk dialisat. Adanya membran tipis ini memastikan bahwa sel darah merah, sel darah putih, dan berbagai komponen lainnya tetap bisa kembali ke dalam tubuh, namun kandungan urea dan garam bisa tetap terbuang dan tidak akan masuk ke dalam tubuh.
Cuci darah harus dilakukan seumur hidup?
Penderita penyakit ginjal kronis membutuhkan transplantasi ginjal demi menggantikan ginjalnya yang sudah bisa lagi berfungsi. Sayangnya, mendapatkan ginjal pengganti tidaklah semudah yang dibayangkan dan harganya tentu sangat mahal. Jika penderita penyakit ini tak mendapatkan transplantasi ginjal, maka mau tidak mau mereka harus melakukan cuci darah seumur hidup.
Banyak penderita penyakit ginjal kronis yang bisa bertahan hidup selama bertahun-tahun karena menjalani proses cuci darah ini, hanya saja, ada juga orang yang akhirnya meninggal meski sudah menjalani proses ini. Biasanya, mereka yang akhirnya kehilangan nyawa adalah yang sudah berusia lanjut atau yang terkena penyakit tertentu.
Melihat fakta ini, penderita penyakit ginjal memang sebaiknya mematuhi saran dari dokter. Jika mereka memang harus menjalani cuci darah, maka sebaiknya mereka melakukannya demi tetap hidup sehat.
Selain sebagai media informasi kesehatan, kami juga berbagi artikel terkait bisnis.
0 Post a Comment/Comments:
Posting Komentar