DokterSehat.Com– Gunung Merapi kembali mengeluarkan letusan freatik hingga beberapa kali sejak Senin, 21 Mei 2018. Pihak BPPTKG (Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Teknologi) juga sudah menaikkan tingkat aktivitas Merapi dari Normal ke Waspada atau tingkat II. Beberapa kawasan di sekitar merapi seperti di Kecamatan Cangkringan, Pakem, dan Ngemplak di Sleman juga mengalami hujan abu tipis.
Sebagian warga sempat mengungsi di beberapa titik, namun, mereka kemudian berangsur-angsur pulang ke rumah karena menganggap kondisi Gunung Merapi kembali aman.
Adanya letusan freatik dari Gunung Merapi membuat warga memakai masker demi melindungi sistem pernapasannya mengingat abu vulkanik memiliki kemampuan untuk mengganggu saluran pernapasan. Kepala Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta, Fita Yulia pun menganjurkan warga untuk memakai masker dengan benar.
“Sebagai contoh kita memakai masker berwarna hijau itu. Pastikan bahwa lipatan masker mengarah ke bawah, bukannya ke atas. Jika lipatan mengarah ke atas, abu justru akan lebih mudah masuk ke hidung,” ucap Fita.
Meski sudah memakai masker, Fita juga menyarankan masyarakat untuk tidak terlalu lama berada di luar ruangan selama hujan abu masih turun. Hanya saja, jika kita memang aktivitas sehari-hari dilakukan di luar ruangan, ada baiknya selalu mengganti masker setiap 1 jam.
Karena banyaknya orang yang mencari masker, ada kemungkinan pasokan masker habis sehingga kita pun harus mencari alternatif lainnya seperti kain yang dibasahi dengan air. Hanya saja, ada risiko dari penggunaan kain basah ini, yakni bisa menjadi sarang kuman.
Sebenarnya, masker N95 lebih disarankan untuk digunakan demi melindungi saluran pernapasan dari paparan abu vulkanik. Namun, jika kita memang tidak bisa menemukan masker ini, gunakan masker bedah berwarna hijau yang mudah dicari di apotek atau penutup hidung lainnya demi mencegah gangguan kesehatan.
Selain sebagai media informasi kesehatan, kami juga berbagi artikel terkait bisnis.